Sabtu, 08 Desember 2012
TRANSFORMASI HATI
Bulan yang menghangatkan ternyata kini
berubah menjadi matahari yang yang
menghanguskan, putih itu kini hitam, siang
itu kini malam, malaikat itu kini iblis, cinta itu
kini benci dan hidup itu kini mati, waktu yang
kejam itu telah merubah semuanya.
Dia kekasih yang membuatku menagisi
beribu-ribu tahun hasrat hatiku, beribu-ribu
tahun laparnya jiwaku. Dia seseorang yang
jiwaku mencintainya sebelum waktu di mulai.
Dia adalah keindahan dalam tidurku, aku
menyimpan suara hatinya yang mungkin akan
berteriak bahkan dalam tidurku. Kekasih,
dengan meninggalkanku sendirian disini
berarti engkau telah mengubah kebahagianku
menjadi derita yang berlipat ganda.
Ini kesadaran terhadap mimpi tentang
kehidupan dan cinta, walau aku tahu tidak
ada mimpi disini dan tidak ada kesadaran
disana, semua hanyalah bayangan dari yang
nyata. Banyak kabut bergelayutan disini,
musim semi yang menghiburku, pohon-
pohon itu menangis untukku, hati ini tertutup
oleh tirai kesedihan, mengembara dalam
kebisuan, dan aku mencoba tegak berdiri
walau dibelai oleh kesengsaraan.
Banyak cahaya aneh yang memasuki matamu
yang membuatmu buta akan aku, suara-
suara gemerlap yang merubah pemikiranmu
padaku, rasa-rasa hampa yang menipumu.
Engkau lebih memilih nyata yang kemudian
hampa dibanding bayangan yang akan
menjadi nyata. Kenyataan tentang kisahnya
yang telah terjadi ini amat sangat begitu
meremukkan tulang-tulang hatiku, kejujuran
itu amat sangat begitu pahit di jiwaku,
mengapa engkau melakukan ini padaku yang
sesungguhnya diluar kemampuanku. Tuhan
cobaan ini amat begitu berat melebihi berat
gunung-gunung dan dunia yang engkau
ciptakan untukku. Dia mengambil
kehidupanku dari kekasihku, dia
membunuhku melalui kekasihku, iblis keriting
itu telah merenggut kekasihku dan aku ingin
mengikuti serta mengantarkannya menuju
kuburan, kekasihku menjadikan aku tumbal
demi terpuasnya kebahagiaannya. Dia telah
memberiku kehidupan hingga dia memberiku
kematian.
Sesungguhnya aku ingin memberontak
melawan kehidupan dan waktu, walau aku
tahu semua itu takkan mengubah musim
gugur hatiku menjadi musim semi kembali.
Aku mempercayai kekasihku melebihi
kepercayaan terhadap diriku sendiri dan
dunia ini tapi kepercayaan ini bagai injakan
gempa yang kemudian diterbangkan tiupan
topan dan ditelan mulut lautan yang akhirnya
meluluh lantakkan menara jiwaku, kertas
putih itu kini ternodai tetesan tinta darah,
seluruh panca inderaku seakan lumpuh dan
beku, udara ini mencabik-cabik kulitku serta
mencekik leherku saat aku tahu kisah
sebenarnya tentang dirinya karena apa yang
terjadi takkan pernah dapat di ulangi atau
pun diperbaiki. Ternyata saat aku
meninggalkan kekasihku rasanya telah lapuk
dimakan waktu dan kekasihku tak kuat
menahan godaan itu.
Aku datang padanya mendaki bukit-bukit
kerinduan, terbang melintasi puncak-puncak
gunung mimpi, menembus angin-angin yang
tertawa dalam bulu-buluku, menyelami
lautan kegelisahan demi untuk menemuinya
tapi dari mulutnya yang busuk dipenuhi ulat-
ulat kebohongan dan kepalsuan yang
mengotori giginya keluarlah kata-katanya
yang bagai meriam melubangi dadaku dan
suaranya laksana tombak tak terhitung yang
menuju tepat di jantung kehidupanku.
Kini dalam tidurku aku tak dapat lagi
bermimpi, dalam mataku tak kudapati lagi
keindahan dan aku terhimpit diantara wajah-
wajah yang terbungkus. Bersamanya, banyak
kehidupan yang tertangkap pada dinding-
dinding kenangan yang membuatku
menjadikannya kembaran hatiku.
Langit pun akan berbicara pada bumi,
kekasih dengarkanlah aku dengan hatimu,
janganlah engkau berbicara padaku tanpa
menampakkan dirimu, jangan engkau
menatapku seolah engkau melihat seseorang
yang lain dalam diriku. Cabutlah pisau
kebencian yang engkau tancapkan di ragaku,
jangan biarkan darah yang panas ini mengalir
memandikan tubuhku. Cukuplah nafas ini
tercekik berjuang melewati tenggorakanku,
hentikanlah perih yang mengoyak-ngoyak
rasaku, jangan engkau menusukku lagi
dengan rasa terbagi itu sehingga membuatku
mengalami penderitaan tubuh dan jiwa.
Sesungguhnya jika engkau sadar, kita adalah
dua jiwa yang dibungkus dalam satu jiwa.
Bila bukan karena kehausan dan kelaparan
hatiku padamu, aku tidak akan mencari atau
menemuimu. Jangan buat hatimu lebih keras
dari batu, seharusnya kita sadar dan bangkit
dari kelalaian hidup ini. Jangan biarkan rasa
itu lenyap bagai uap,
Dengan bisikan penuh harap yang hampir tak
terdengar, aku akan mengetuk pintu-pintu
jiwamu dengan tangan keyakinan karena
engkau menguasai mimpi-mimpiku, pikiran-
pikiranku dan menggoda hatiku melalui
makna yang tersembunyi dan arti pentingmu
yang dahsyat, engkau menembus jantungku
dengan matamu yang indah. Jadikan aku cinta
yang ditanamkan di pelupuk matamu dan aku
tidak akan meninggalkanmu selama aku
masih hidup. Ketahuilah Mata alam semesta
akan selalu melihat kita dan perjalanan
waktu akan membuktikannya.
SEJUJURNYA HAL INI TERLALU SAKIT UNTUK
KURASAKAN DAN KU CERITAKAN
KARENA IBLIS KERITING ITU TELAH
MERENGGUTNYA DARIKU
TUHAN KUATKAN AKU MENERIMA KENYATAAN
YANG GELAP INI
DEMI RASA YANG DALAM INI AKU MENERIMA
KEADAANNYA
AKU PERGI UNTUKNYA DAN DATANG
KARENANYA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar