Minggu, 09 Desember 2012
Rasa yang tak berbentuk.
Tuhan. . . Padamkanlah rasa yang ada di hatiku
sebelum ia membakar seluruh tubuhku, hapuskanlah
pikiranku sebelum ia mengendalikan otakku.
Tenggelamkanlah jiwaku sebelum jiwaku memunculkan
dirinya. Pudarkanlah cinta dan sayang ini sebelum ia
mewarnai hari-hariku. Jahitlah mulutku sebelum ia
bertutur, butakanlah aku sebelum aku melihatnya dan
tulikanlah aku sebelum mendengarnya, lenyapkanlah
panca inderaku ini untuknya karena jika semua itu tak
terjadi, aku akan luluh lagi karenanya.
Perasaanku yang dulu kuat bagai batu untuknya kini
telah menjadi lumpur yang sangat becek dibuatnya,
lemah dan tak berarti. Aku berikan semua yang
dikehendaki olehnya tapi kemudian setelah aku
lumpuh, dia masih tega mengiris-irisku kemudian
menikamku dengan kata-katanya, tak berartikah semua
yang telah kuberikan untuknya.
Angin terlalu tinggi membawanya ke angkasa kini, tapi
tak sadarkah ia bahwa ketika ia semakin tinggi dan
kemudian ia terjatuh maka ia akan merasakan sakit
yang amat sangat karena jatuh dari ketinggian langit
tertinggi. Ia kini buta akan tanah yang telah
membuatnya hidup, lupa akan air yang membuatnya
tumbuh, lupa akan rasa yang telah memberinya
kebahagiaan. Ia kini merasa mampu berpindah
seenaknya dari satu hati ke hati yang lain dan
melupakan kisah-kisah yang membuatnya sangat
berarti dahulu. Apakah ia bagai patung yang tak
memiliki rasa kini.
Matahari tak sehangat dahulu, ia pun yang dulu mulia
kini lebih jahat dari segala mahluk. Rasa, jiwa, hati,
mata, telinga, mulut ataupun lidahnya tak lagi
menyinarkan kejujuran bahkan nafasnya pun tak
harum lagi. Mengapa ia sangat berubah dari yang ku
kenal dahulu, mengapa ia terlalu murah untuk
mengumbar rasanya, mengapa ia terlalu mudah untuk
dimiliki. Menyesallah sebelum penyesalan
menjemputmu.
Mata ini terlalu perih untuk melihat kenyataan hari ini,
telinga ini pun sakit mendengarkan cerita duka dunia
ini, hati ini pun luka mengetahui rasa yang sebenarnya,
semua gerakan lidah tertuju padanya. Tak tahukah dia
bahwa musuh tak selamanya musuh dan sahabat tak
selamanya abadi karena roh ini pun takkan selamanya
melekat di raga ini.
Semua dibawah langit seakan dapat ditaklukkan
olehmu, sesungguhnya jika engkau sadar bahwa hati-
hati yang mengisi hatimu kini tenyata terlalu cepat
melupakanmu setelah menghisap sari yang ada
dihatimu, itu karena mereka cuma menginginkan
kenikmatan yang kemudian menjadikanmu sampahnya
dan itu terjadi karena mereka cuma mejadikanmu
mainan dari rasa-rasa mereka. Tak pernahkah engkau
sadari arti hadirku disini yang menawarkan sejuta
warna hati, menyuguhkan kepercayaan cinta sejati, dan
mencoba memberi kenyataan dari mimpi-mimpimu.
Aku telah berusaha dengan amat sangat merubah diriku
seperti keinginanmu demi kesenaganmu, tapi engkau
justru mengangapku tak ada seperti asap, seakan tak
berarti seperti bayangan, tak menghiraukanku bagai
angin lalu.
Kita lahir dari dada Tuhan yang ditelurkan oleh jiwa
alam, kita merangkak bersama, berjalan bersama tetapi
saat engkau berlari meninggalkanku begitu jauh dan
kemudian hari yang kejam itu pun memisahkan kita
dan menyesatkanmu. Kenangan yang tertangkap di
dinding hari yang telah kita lalui tak mampu
menyadarkanmu akan cinta yang begitu tulus ini. Lupa,
lupa dan lupakah engkau akan semua cerita dahulu,
buta, buta dan butakah engkau akan kegemerlapan
cinta-cinta sesaat dan hati-hati yang palsu serta rasa-
rasa yang semu. Jubah impian belaka itu terlalu tinggi
menutupi pandangan jiwamu.
Kata-katamu terlalu tajam merobek hatiku, sikapmu
terlalu dalam menusuk jiwaku, cintamu terlalu
mengoyak-ngoyak pikiranku. Engkau membuatku sakit
tapi tak dapat membunuhku dan aku tak ingin engkau
menjadi penguasa raga maupun pikiranku. Namun
kesakitan parah itu merubahku kini serta engkau yang
membuatku harus melupakanmu.
Walau hatiku mungkin takkan pernah lagi dapat engkau
miliki tetapi aku akan selalu ada untukkmu. Yakinlah
bahwa aku akan tetap menyayangimu dan takkan
melupakan hati yang dahulu mengisi kebahagiaanku.
Melalui jendela langit aku ingin selalu melihatmu…
melalui angin aku ingin selalu mendengarmu… melalui
sinar matahari aku ingin selalu mengetahui rasamu…
melalui bau hari aku ingin engkau tahu bahwa jiwaku
masih milikmu karena Angin itu telah menerbangkan
hatiku ke rasa yang lain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar